Pages

Sabtu, 21 April 2012

batik indonesia


Berbagai Macam Batik di Indonesia

Batik merupakan suatu warisan tradisi yang telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Indonesia. Secara turun-temurun batik telah diwariskan dan sekaligus dilestarikan. Dengan media kain, malam dan canthing, masyarakat Indonesia khususnya daerah Jawa Tengah dan Yogyakartaterus berkarya menghasilkan batik-batik yang semakin indah, syarat makna dan filosofi.Harmonisasi antar sesama manusia, manusia dengan alam dan sang pencipta, maupun harapan akan kehidupan yang lebih baik, mereka tuangkan dalam motif dan ornamen. Selama ratusan tahun, tentunya sudah tak terhitung lagi berapa lembar batik yang telah dihasilkan.  Oleh karena itu sebagai warga Negara Indonesia kita harus bisa berbangga hati. Karena di Indonesia banyak sekali keanekaragaman suku, budaya, adat istiadat, agama, dan kesenian yang begitu beraneka ragam. Salah satunya dalam bidang fashion. Di Indonesia terdapat kain bermotif yang tidak dapat dikunjungi di negara lain dan memiliki corak yang unik sekaligus menarik. Kain tersebut biasa kita sebut dengan kain batik. Corak dan motif batik Indonesia sendiri sangat banyak, ada yang merupakan motif asli dari nenek moyang bangsa kita dan ada juga yang merupakan akulturasi dengan bangsa lain.

Di bawah ini merupakan macam-macam batik yang terdapat di Indonesia :

1. Batik Kraton

Batik Kraton awal mula dari semua jenis batik yang berkembang di Indonesia. Motifnya mengandung makna filosofi hidup. Batik-batik ini dibuat oleh para putri kraton dan juga pembatik-pembatik ahli yang hidup di lingkungan kraton. Pada dasarnya motifnya terlarang untuk digunakan oleh orang “biasa” seperti motif Parang Barong, Parang Rusak termasuk Udan Liris, dan beberapa motif lainnya.



2. Batik Sudagaran

Motif larangan dari kalangan keraton merangsang seniman dari kaum saudagar untuk menciptakan motif baru yang sesuai selera masyarakat saudagar. Mereka juga mengubah motif larangan sehingga motif tersebut dapat dipakai masyarakat umum. Desain batik Sudagaran umumnya terkesan “berani” dalam pemilihan bentuk, stilisasi atas benda-benda alam atau satwa, maupun kombinasi warna yang didominasi warna soga dan biru tua. Batik Sudagaran menyajikan kualitas dalam proses pengerjaan serta kerumitan dalam menyajikan ragam hias yang baru. Pencipta batik Sudagaran mengubah batik keraton dengan isen-isen yang rumit dan mengisinya dengan cecek (bintik) sehingga tercipta batik yang amat indah.



3. Batik Petani


Batik yang dibuat sebagai selingan kegiatan ibu rumah tangga di rumah di kala tidak pergi ke sawah atau saat waktu senggang. Biasanya batik ini kasar dan kagok serta tidak halus. Motifnya turun temurun sesuai daerah masing-masing dan batik ini dikerjakan secara tidak profesional karena hanya sebagai sambilan. Untuk pewarnaan pun diikutkan ke saudagar.



 

4. Batik Belanda

Warga keturunan Belanda banyak yang tertarik dengan batik Indonesia. Mereka membuat motif sendiri yang disukai bangsa Eropa. Motifnya berupa bunga-bunga Eropa, seperti tulip dan motif tokoh-tokoh cerita dongeng terkenal di sana.



5. Batik Jawa Hokokai


Pada masa penjajahan Jepang di pesisir Utara Jawa lahir ragam batik tulis yang disebut batik Hokokai. Motif dominan adalah bunga seperti bunga sakura dan krisan. Hampir semua batik Jawa Hokokai memakai latar belakang (isen-isen) yang sangat detail seperti motif parang dan kawung di bagian tengah dan tepiannya masih diisi lagi, misalnya motif bunga padi.

 

 

6. Batik Lasem

Banyak orang mengenal kota Rembang sebagai kota kelahiran pahlawan wanita Indonesia yang sungguh fenomenal, RA. Kartini. Sekitar 12 Km di timur kota Rembang, terdapat sebuah kota yang terkenal sebagai penghasil batik, yaitu Lasem.Dibanding batik dari Yogyakarta, Solo, atau Pekalongan, nama batik Lasem memang belum terlalu menonjol. Namun jangan salah, keindahan batik Lasem begitu memikat.


Sejarah batik Lasem
Menurut Babad Lasem karangan Mpu Santri Badra, keberadaan batik di Lasem bermula dari kedatangan Laksaman Cheng Ho pada tahun 1413 M. Anak buah Cheng Ho bernama Bi Nang Un turut menetap di Lasem bersama istrinya, Na Li Ni. Nah, dari kepiawaian tangan Na Li Ni inilah tercipta berbagai kain batik yang menjadi cikal bakal keberadaan batik Lasem.
Masa kejayaan batik Lasem terjadi pada abad ke-19. Pada masa itu, hampir setiap orang keturunan Tionghoa menjadi pengusaha batik. Di rumah-rumah mereka, batik diproduksi. Mereka merekrut penduduk sekitar untuk menjadi pengrajin.
Pengrajin batik pun semakin kreatif menciptakan motif-motif baru. Mereka merespon situasi yang terjadi. Semisal, ketika Daendels memperkerjakan rakyat untuk membuat jalan raya, terciptalah motif kricakan, atau watu pecah.
Namun, masa kejayaan tersebut mulai pudar di era 1950-an. Kondisi politik yang tidak berpihak pada etnis Tionghoa membuat banyak pengusaha batik gulung tikar.



Motif Batik Lasem

Pengaruh budaya Tionghoa terlihat jelas pada motif burung Hong, banji, bunga seruni, dan liong. Motif-motif itu dicipta oleh Na Li Ni dan menjadi ciri yang sangat khas dan unik dari batik Lasem hingga saat ini.
Kisah percintaan Sam Pek Eng Tay, alias legenda klasik dari Negeri Cina, juga pernah menjadi motif yang cukup populer pada batik Lasem.
Selain motif-motif tersebut, terdapat beberapa nama motif batik Lasem yang terkenal, seperti motif Watu Pecah, Naga Kricak, Ceplok Piring, Sekar Jagat, Kawung Lerek Sekar paksi, serta Terang Bulan.
Batik Lasem juga mendapat pengaruh dari motif batik Solo dan Yogyakarta. Ornamen kawung dan parang kerap ditemui dalam batik Lasem.
 


Warna
Warna paling menonjol pada batik Lasem dan menjadi ciri khas yang jarang ditemui pada batik dari daerah lain adalah warnanya. Merah, menyerupai warna darah ayam.
Selain itu, warna batik Lasem didominasi warna khas pesisir yaitu kombinasi merah, kuning, biru, dan hijau.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Main Menu